26 Juni 2009

Beberapa Cara Mendidik Anak Yang Kurang Baik

Anak adalah buah hati kita, maka dari itu banyak orang tua merasa sangat perlu mendidik anak – anaknya agar mereka menjadi yang terbaik dan berguna. Nah dalam hal mendidik anak inilah kadang – kadang orang tua salah menerapkan pola dalam hal mendidik anak, berikut adalah beberapa contoh dari cara mendidik anak yang kurang baik.

  1. Jika anak terjatuh karena menyenggol meja, kita memukul mejanya dan mengatakan pada si kecil bahwa meja itu jahat. Sikap seperti ini akan mendidik anak menjadi manusia pendendam. Si anak juga akan terdidik untuk menjadi manusia yang tidak pernah merasa bersalah. "Pokoknya apapun yang terjadi, yang salah adalah orang lain, bukan saya!
  2. Kalau anak terjatuh, kita akan langsung menggendongnya dan melindunginya, bersikap seolah2 si anak baru saja mengalami musibah yang sangat besar. Sikap seperti ini akan mendidik anak menjadi manusia manja, yang tidak kuat menahan cobaan hidup. Mereka akan gampang menyerah jika menghadapi masalah.
  3. Menakut-nakuti si anak akan adanya hantu. Biasanya, cara seperti ini digunakan oleh orang tua jika anak mereka bandel atau tidak bisa diberitahu.
  4. Terlalu banyak melarang. Anak adalah manusia yang sedang dalam proses belajar. Jadi wajar dong, kalau mereka sering melakukan kesalahan. Jika terlalu banyak melarang juga akan mendidik anak menjadi manusia yang tidak berani mencoba hal-hal baru.
  5. Menganggap si anak sebagai orang bodoh. Kita justru harus memperlakukan mereka sebagai seorang manusia yang berpotensi. Kita tak pernah tahu persis, seberapa besar ilmu pengetahuan yang sudah tersimpan di kepala anak kita. Karena itu, jangan sekali-kali menganggap mereka bodoh, belum tahu apa-apa, karena hal itu dapat membuat anak menjadi minder. Dengan memperlakukan mereka secara wajar, ini akan mendidik anak menjadi seorang manusia yang percaya diri sehingga ia akan lebih mudah meraih sukses.
  6. Memarahi anak jika mereka bertanya. Mungkin kita punya anak yang terlalu banyak bertanya. Karena bosan dan jengkel, kita memarahinya, mengatakan mereka cerewet, bahkan menyuruhnya untuk tidak terlalu banyak bertanya. Padahal, anak yang cerewet atau sering bertanya, sebenarnya adalah anak yang sangat pintar. Mereka ingin tahu banyak hal. Karena itu, cobalah untuk bersabar menghadapi mereka. Jawablah pertanyaan mereka sebisa mungkin, dengan cara yang menyenangkan. Dengan cara seperti ini, kreativitas dan kecerdasan anak akan tumbuh dengan sewajarnya.
http://id.shvoong.com

Meminta Maaf Pada Anak, Perlukah?

Sebagai manusia biasa, bukan berarti orangtua selalu benar dan tidak pernah bersalah dalam bersikap, terutama kepada anak-anaknya. Tak jarang, orangtua juga melakukan kesalahan pada anak, akibatnya hubungan antara orangtua dan anak menjadi terganggu dan kurang harmonis. Lalu, apakah perlu orangtua meminta maaf kepada anak?

Seringkali kita sebagai orangtua lupa bahwa peraturan yang ditegakkan di dalam rumah sebenarnya tidak hanya berlaku untuk anak-anak, tapi berlaku juga bagi seluruh anggota keluarga, termasuk orangtua. Kalau kita sebagai orangtua selalu mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka harus meminta maaf karena kesalahan yang mereka lakukan, maka kita sebagai orangtua-pun sebaiknya juga meminta maaf saat kita berbuat kesalahan walaupun kesalahan itu hanya kepada anak. Dengan kita meminta maaf kepada anak, itu berarti kita memberi contoh yang benar kepada anak-anak kita.

Namun, apakah dengan meminta maaf kepada anak tidak akan menurunkan wibawa kita sebagai orangtua? Tentu saja tidak kalau kita tahu pesis bagaimana cara yang tepat untuk meminta maaf kepada anak. Inilah beberapa langkah meminta maaf pada anak tanpa membuat kita harus kehilangan wibawa di depan anak-anak.
1. Mengaku bersalah. Mengaku bersalah kepada anak teryata bukan hal yang mudah dilakukan oleh para orangtua, karena orangtua seringkali merasa gengsi. Lupakanlah genggsi itu, kalau memang kita tak ingin masalah yang ada terus berlanjut. Sadari bahwa permasalahan itu muncul akibat kesalahan kita dan akui itu di hadapan anak. Dengan demikian, anak akan merasa diperlakukan secara adil. Mengakui kesalahan merupakan salah satu faktor penting dalam meminta maaf.
2. Tulus. Meminta maaf sebaiknya dilakukan secara tulus. Jangan mencoba untuk membohongi anak karena anak-pun punya perasaan. Anak akan tahu dan merasakan itu saat kita meminta maaf hanya sebagai basa-basi. Akibatnya, anak akan merasa dibohongi, dan ini akan dapat menumbuhkan rasa ketidakpercayaan anak kepada kita sebagai orangtua.
3. Tenang. Meminta maaf sebaiknya dilakukan setelah kita merasa lebih tenang.
Meminta maaf dalam keadaan emosi tidak akan membuahkan hasil seperti yang kita harapkan. Kalau kita belum bisa bersikap tenang, katakan kepada anak bahwa kita butuh waktu untuk sendiri, sebelum melanjutkan pembicaraan dengannya. Kemudian, pikirkan apa yang terjadi dan apa penyebabnya agar pikiran jadi tenang.
4. Tepat sasaran. Katakan permintaan maaf kita secara langsung dan dalam kalimat yang tidak berbelit-belit. Ingat, yang kita mintakan maaf adalah sikap kita yang baru saja terjadi, bukan kepribadian kita. Misalnya, kita meminta maaf atas kemarahan dan ucapan kita yang kasar kepada anak, bukan atas kepribadian Anda yang emosional.
5. Jangan menyalahkan. Jangan sekali-kali kita balik menyalahkan anak hanya untuk membenarkan sikap kita sendiri. Misalnya, kita mengatakan kepada anak bahwa ”Seandainya kamu tidak malas, ibu tidak akan marah terus kepadamu”. Ini sama saja kita tidak meminta maaf, melainkan justru menyalahkan anak yang berakibat semakin meruncingnya permasalahan.
6. Meminta maaf. Akui bahwa kita bersalah dan bertanyalah kepada anak apakah ia mau memaafkan kita. Dialog ini akan mempermudah kita untuk mengungkapkan penyesalan, sekaligus membuat anak belajar memahami cara memperbaiki hubungan.
7. Evaluasi. Ajaklah anak untuk melihat dan mengevaluasi kembali bagaimana kita bisa menyelesaikan suatu permasalahan dengan baik. Buatlah kesepakatan dengan anak mengenai cara yang sebaiknya dilakukan bila masalah yang sama terjadi lagi nanti.
8. Lupakan. Bagaimanapun juga, walaupun kita sebagai orangtua, kita hanya seorang manusia, yang tentu tidak sempurna dan bisa berbuat salah. Namun, jangan terus berkutat pada rasa bersalah kita. Setelah meminta maaf, lupakan masalah tersebut dan berusahalah untuk tidak mengulanginya lagi, sama seperti ketika kita meminta anak-anak untuk tidak mengulang kesalahannya.
9. Jangan berlebihan. Berlebihan dan selalu meminta maaf, bahkan untuk hal-hal yang sangat sepele, justru akan membuat kita kehilangan wibawa. Mintalah maaf kepada anak karena kita memang bersalah, bukan karena kita berusaha menerapkan disiplin atau hukuman yang diberlakukan di dalam rumah.

Sumber : http://id.shvoong.com

Mengasuh Anak Secara Positif

Sungguh menakjubkan bagaimana orangtua yang bahagia dan positif akan menghasilkan anak yang tumbuh menjadi pribadi yang mempesona.

Berikut ini adalah rahasia pengasuhan anak secara positif :
1. Untuk membesarkan anak yang sehat dan bahagia, ajarilah anak untuk mencintai dan menyayangi dirinya sendiri.
Caranya
: Perhatikan diri Anda sendiri terlebih dahulu. Selalu sediakan waktu bagi diri Anda pribadi di tengah kesibukan harian Anda. Sediakan waktu bagi Anda untuk berolahraga, merawat diri, dan meluangkan waktu bagi pengembangan pribadi Anda. Sadarkah Anda bahwa orangtua yang tidak menghargai dirinya sendiri akan membesarkan anak dengan sifat serupa!
2. Luangkan waktu yang berkualitas setiap hari.
Tunjukkan betapa Anda sungguh bergembira atas kehadirannya. Jadilah 'Ahli gembira' bagi putra-putri Anda. Ubahlah waktu mengerjakan tugas harian menjadi momen yang berharga dan istimewa. Bernyanyi, memeluk, berbagi tawa dan cerita dapat membuat saat-saat biasa menjadi tak terlupakan.
3. Jadilah pendengar yang baik.
Hal ini
bukanlah hal yang mudah bagi orangtua. Betapa sering orangtua menyela dan sibuk dengan nasehat-nasehat bahkan pada saat anak belum selesai berbicara? Simpanlah kekuatiran-kekuatiran Anda pada saat mendengarkan. Cobalah untuk mendengarkan anak Anda sepenuhnya tanpa menghakimi. Anda perlu menahan diri untuk tidak memikirkan atau memberikan pendapat Anda sendiri. Dengarkan mereka dengan hati yang terbuka dan penyayang. Lupakanlah diri Anda dan tempatkanlah diri Anda pada sudut pandang anak Anda. Ajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai ganti dari memberikan pendapat. Cara orangtua mendengarkan tanpa menghakimi akan membuat anak merasa diterima dan dimengerti.
4. Seringlah tertawa, sebab kegembiraan itu menular!
Anggaplah pada saat ini diri Anda terpilih untuk melakukan tantangan
'30 hari tersenyum bersama keluarga' ! Anda akan menyaksikan keajaiban dari kegembiraan dan kasih sayang yang Anda bawa kepada orang-orang di sekitar Anda. Buatlah momen sehari-hari menjadi luar biasa berkat kegembiraan dan semangat yang Anda bawa ke dalamnya.
5. Berilah pengakuan dan penghargaan.
Latihlah
mulai dari diri Anda sendiri untuk memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan, bahkan yang paling kecil sekalipun, yang telah Anda lakukan hari ini. 'Pagi ini saya berhasil bangun lebih pagi untuk berolahraga', 'Setelahnya saya berhasil menyiapkan sarapan dan mengantarkan putra saya ke sekolah tanpa terlambat', 'Hari ini saya berhasil sabar menghadapi putra saya'. Ajarlah diri Anda untuk memberikan penghargaan yang tulus atas tugas-tugas sederhana yang Anda berhasil Anda selesaikan. Penghargaan ini akan memberi semangat baru dalam hidup Anda untuk menjalankan tugas yang lebih besar. Luangkanlah waktu 5 menit bagi diri Anda setiap harinya untuk memikirkan dan menuliskan kesuksesan-kesuksesan yang telah Anda raih hari ini. Rasakanlah bagaimana hidup Anda berubah, nikmatilah semangat baru yang mengisi setiap kegiatan Anda. Bagikanlah penghargaan ini juga kepada anak-anak Anda. Berikanlah pujian, pengakuan dan penghargaan yang tulus kepada mereka. Ingat, penghargaan yang baik menekankan pada tindakan, bukan pada prestasi yang dicapai. Ungkapkan penghargaan Anda secara antusias, sungguh-sungguh, dan penuh cinta. 'Horeee…putriku ingat membereskan tempat tidur. Hip, hip, horee…ia bahkan membantu ibu menyapu lantai!' Berikan pelukan terbesar yang dapat diterimanya. Pengakuan dan pujian yang tulus mempunyai kekuatan untuk mengubah!
6. Disiplinkan anak dengan hormat.
Ajarkanlah
anak turut bertanggung jawab atas tugas-tugas rutin dalam rumah tangga. Anak yang secara aktif turut dilibatkan dalam tugas rutin dalam rumah tangga pada masa dewasanya akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar. Perbaiki kesalahan mereka dengan kelembutan namun Anda harus terus-menerus konsisten. Berikan konsekuensi yang wajar dari pelanggaran dengan tujuan untuk mengajarkan tanggung jawab. Janganlah memarahi apalagi mempermalukan anak di depan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat. Ajaklah mereka ke tempat sepi untuk berbicara hanya empat mata dengan Anda. Berikan pengertian sejelas-jelasnya mengapa tindakannya salah. Mintalah anak meminta maaf bila ia berbuat salah. Anda pun perlu meminta maaf kepada anak di saat-saat Anda bersalah atau melalaikan janji Anda kepada mereka. Disiplinkanlah anak tanpa menunjukkan kuasa dan kemarahan Anda, maka anak akan belajar tumbuh dengan pengendalian diri yang tinggi. Sampaikan pesan kepada mereka bahwa meskipun perilaku mereka masih perlu ditingkatkan, namun Anda sebagai orangtua tetap menyayangi dan menyukai mereka.
7. Berilah ruang bagi putra-putri Anda untuk melakukan kesalahan.
Ingatlah, bahwa setiap orang, apalagi seorang anak, berhak
untuk melakukan kesalahan. Kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Temukanlah kebaikan dalam kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, maka anak Anda akan belajar untuk berani berjuang menghadapi tantangan dan resiko.
8. Jalani hidup Anda dengan nilai-nilai yang pasti: kejujuran, tanggung jawab, dan semangat saling membantu.
Tunjukkanlah
dalam keseharian Anda bagaimana Anda selalu konsisten dengan nilai-nilai ini. Libatkan juga putra-putri Anda dalam kegiatan sosial yang secara rutin Anda lakukan. Putra-putri Anda pun akan tumbuh dengan karakter positif yang kuat dalam diri mereka.
9. Fokuskanlah perhatian Anda pada hal-hal yang berjalan benar.
Milikilah keyakinan yang meneguhkan keluarga Anda di saat-saat
sulit. Anak-anak Anda akan belajar menjadi pribadi yang optimis dan bersyukur setiap hari. Latihlah sikap positif dengan menemukan hal-hal positif dalam setiap hari Anda dan bersyukurlah atasnya selalu.
Cintailah anak Anda dengan tulus tanpa syarat, dan ungkapkanlah besarnya kasih sayang Anda tersebut kepada mereka. Anak yang berada dalam kasih sayang yang tulus akan tumbuh
dengan lebih bergembira, percaya diri, menyenangkan, serta dapat diandalkan.

Sumber : http://id.shvoong.com